Mengapa
Pilkada Serentak terlalu ‘Jakarta Sentris’
Oleh : M. Rusdil Fikri
Seperti diketahui,
pilkada serentak di Indonesia diikuti oleh 101 provinsi, kabupaten dan kota.
Pilkada gubernur digelar di tujuh Provinsi antara lain Aceh, Bangka Belitung, Banten,
DKI Jakarta, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Papua Barat. Untuk pilkada bupati
dan wakil bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada wali kota dan wakil Wali
kota digelar di 18 kota.
Pilkada
(Pemilihan Kepala Daerah) menjadi salah satu tolok ukur negara demokrasi. Dan
pada tahun 2017 Pilkada diselenggarakan serentak diikuti 7 provinsi dan 101
kabupaten dan kota se-Indonesia. tapi faktanya pilkada Jakarta menjadi viral di
sosial media, menjadi perbincangan masyarakat di pelosok negeri, dan menjadi
kajian banyak media massa dan elektronik, Bahkan pemberitaan media di luar
negeri ikut meramaikannya. Sebenarnya ada apa dengan Pilkada Jakarta putaran 1
dan putaran ke-2 ini?
1. Jakarta
adalah Ibu Kota Negara Indonesia
Dipungkiri
atau tidak, ibu kota suatu negara akan menjadi sorotan seluruh mata di seluruh
pelosok negeri. Alasannya? Ibu kota merupakan sebuah cerminan suatu negara. Ibu
kota merupakan kebanggaan seluruh rakyat dalam suatu negara. Kita semua
mengerti, Jakarta merupakan poros perekenomian bangsa. Sentral dari seluruh
urusan pemerintahan, ekonomomi, dan aspek-aspek lain. Banyak orang dari seluruh
penjuru daerah mengadu nasib di ibu kota ini.
2. Fenomena
“Ahok”
Ahok
sapaan dari seorang tokoh fenomenal Basuki Tjahaya Purnama ini memang sudah
penuh kontroversi sejak kemunculan
pertamanya dalam laga pilkada 5 tahun yang lalu bersama Pak Jokowi, yang
notabene sekarang ialah orang nomor 1 di negeri ini. Permasalahan “penistaan
agama” yang tersemat pada Ahok ini ternyata menjadi perbincangan seluruh
kalangan masyarakat di Indonesia. Orang yang dahulu cuek dengan politik justru
ikut serta berkomentar dan mengkritisi.
Demo
Aksi Bela Islam yang terjadi 3 kali (4/11, 2/12 dan 11/2) di penghujung tahun
lalu juga menjadi salah satu pemicu pembicaraan tentang Pilkada Jakarta ini
terus booming dan menjadi bahan kajian. Bangsa Indonesia masih belum biasa
dengan sensitivitas SARA, sehingga ketika ada pemantiknya, ibarat bom waktu
yang siap meledak kapan saja.
3. Putra
SBY Maju Pilkada
Agus
Harimurti Yudhoyono, putra pertama dari Pak Susilo Bambang Yudhoyono ini cukup
menyita perhatian publik. Bagaimana tidak? Ia adalah anak dari seorang yang
pernah menjabat menjadi presiden 2 kali masa jabatan. Tentu kemajuannya dalam
Pilkada menjadi bahan penafsiran banyak orang. Pertama, “mengapa harus sampai
keluar dari TNI?”. Kedua, “tidak sayang kah jabatan bergengsi di TNI?”
4. Pilkada
yang Syarat dengan Kepentingan
Ibu
Kota negara Indonesia Jakarta tentunya syarat dengan kepentingan. Banyaknya
kepentingan kekuasaan di Jakarta menjadikan pilkada ramai dan terus menjadi
sorotan. Menguasai Jakarta setidaknya menguasai bagian besar di Indonesia.
Memang tak bisa dipungkiri, Jakarta merupakan kursi kekuasaan strategis untuk
mendapatkan pengaruh yang luar biasa di seluruh antero negeri.