Sabtu, 29 April 2017

Mengapa Pilkada Serentak terlalu ‘Jakarta Sentris’
Oleh : M. Rusdil Fikri

                         Seperti diketahui, pilkada serentak di Indonesia diikuti oleh 101 provinsi, kabupaten dan kota. Pilkada gubernur digelar di tujuh Provinsi antara lain Aceh, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Papua Barat. Untuk pilkada bupati dan wakil bupati digelar di 76 Kabupaten dan pilkada wali kota dan wakil Wali kota digelar di 18 kota.
Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) menjadi salah satu tolok ukur negara demokrasi. Dan pada tahun 2017 Pilkada diselenggarakan serentak diikuti 7 provinsi dan 101 kabupaten dan kota se-Indonesia. tapi faktanya pilkada Jakarta menjadi viral di sosial media, menjadi perbincangan masyarakat di pelosok negeri, dan menjadi kajian banyak media massa dan elektronik, Bahkan pemberitaan media di luar negeri ikut meramaikannya. Sebenarnya ada apa dengan Pilkada Jakarta putaran 1 dan putaran ke-2 ini?
1.      Jakarta adalah Ibu Kota Negara Indonesia
Dipungkiri atau tidak, ibu kota suatu negara akan menjadi sorotan seluruh mata di seluruh pelosok negeri. Alasannya? Ibu kota merupakan sebuah cerminan suatu negara. Ibu kota merupakan kebanggaan seluruh rakyat dalam suatu negara. Kita semua mengerti, Jakarta merupakan poros perekenomian bangsa. Sentral dari seluruh urusan pemerintahan, ekonomomi, dan aspek-aspek lain. Banyak orang dari seluruh penjuru daerah mengadu nasib di ibu kota ini.
2.      Fenomena “Ahok”
Ahok sapaan dari seorang tokoh fenomenal Basuki Tjahaya Purnama ini memang sudah penuh kontroversi  sejak kemunculan pertamanya dalam laga pilkada 5 tahun yang lalu bersama Pak Jokowi, yang notabene sekarang ialah orang nomor 1 di negeri ini. Permasalahan “penistaan agama” yang tersemat pada Ahok ini ternyata menjadi perbincangan seluruh kalangan masyarakat di Indonesia. Orang yang dahulu cuek dengan politik justru ikut serta berkomentar dan mengkritisi.

Demo Aksi Bela Islam yang terjadi 3 kali (4/11, 2/12 dan 11/2) di penghujung tahun lalu juga menjadi salah satu pemicu pembicaraan tentang Pilkada Jakarta ini terus booming dan menjadi bahan kajian. Bangsa Indonesia masih belum biasa dengan sensitivitas SARA, sehingga ketika ada pemantiknya, ibarat bom waktu yang siap meledak kapan saja.
3.      Putra SBY Maju Pilkada
Agus Harimurti Yudhoyono, putra pertama dari Pak Susilo Bambang Yudhoyono ini cukup menyita perhatian publik. Bagaimana tidak? Ia adalah anak dari seorang yang pernah menjabat menjadi presiden 2 kali masa jabatan. Tentu kemajuannya dalam Pilkada menjadi bahan penafsiran banyak orang. Pertama, “mengapa harus sampai keluar dari TNI?”. Kedua, “tidak sayang kah jabatan bergengsi di TNI?”


4.      Pilkada yang Syarat dengan Kepentingan
Ibu Kota negara Indonesia Jakarta tentunya syarat dengan kepentingan. Banyaknya kepentingan kekuasaan di Jakarta menjadikan pilkada ramai dan terus menjadi sorotan. Menguasai Jakarta setidaknya menguasai bagian besar di Indonesia. Memang tak bisa dipungkiri, Jakarta merupakan kursi kekuasaan strategis untuk mendapatkan pengaruh yang luar biasa di seluruh antero negeri.