KESETIMBANGAN
KIMIA
14
November 2014
MUHAMMAD
RUSDIL FIKRI
11140162000033
UIN JAKARTA
Pendidikan Kimia
UIN JAKARTA
Pendidikan Kimia
Abstrak
Dalam
percobaan praktikum ini dilakukan untuk mengetahui konsep kesetimbangan kimia
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan menghitung harga tetapan
kesetimbangan berdasarkan percobaan yang dilakukan. Pada percobaan ini
metodologi yang digunakan pada perocobaan ini yaitu metodologi kualitatif,
yakni praktikan mengamati bahwa sejumlah besar reaksi tidak dapat berlangsung
secara sempurna tetapi lebih cenderung mendekati suatu keadaan atau posisi
kesetimbangan. Menggunakan prinsip Le Chatelier pada percobaan ini.
Kesetimbangan di pengaruhi oleh suhu, konsentrasi, volume, tekanan, dan
katalisator. Tetapi dalam percobaan hanya membahas volume dan konsentrasi.
Terdapat 2 kali percobaan, percobaan 1 yang dilakukan yaitu pencampuran atau
reaksi antara besi (III) klorida dengan larutan kalium tiosianat yang
menghasilkan ion besi (III) tiosianat, sedangkan pada percobaan 2 yang
dilakukan yaitu mempelajari kesetimbangan besi (III) tiosianat (FeSCN2+).
Kata
Kunci : Le Chatelier, Metodologi
Kualitatif, Konsentrasi
A. Pendahuluan
Kesetimbangan kimia dalah proses dinamis
ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada
arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu
konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik
ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap
berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi
tanpa perubahan netto konsentrasinya. (Stephen,2002 : 96).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara
reversible (dua arah). Ketika reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya
berlangsung kearah pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah
terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul
produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi
tekanan (molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri
(pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk
tidak berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses
yang dinamis.
(Purwoko, 2006 : 169).
Banyak reksi-reaksi kimia yang berjalan
tidak sempurna artinya reaksi-reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik
dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada
temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut
berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi peraksi dan hasil reaksi tetap. Pada
saat ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi
ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini merupakan
kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi masih
ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti. Atas dasar
ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Untuk
reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan. Untuk reaksi yang
sangat berat di sebelah kanan. (Sukardjo, 1997:220).
Tanda “[ ]” adalah konsentrasi
kesetimbangan. Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil
kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan
yang dinamis, dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak
lagi mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk
jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam
campuran kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. G N
Lewis memperkenalkan besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa
dipakai sebagai ganti konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap
sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien
keaktifan (Syukri,1999:75).
Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu
katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya.
Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan
nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu
yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu
berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat
mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi
yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat
tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila
digunakan katalis. Ini terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi
rendeman dari produk-produk yang diinginkan (Keenan,1984:593).
Salah satu kegunaan konstanta
kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi. Untuk mempelajari
kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian
konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awal reaktan yang
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc
dibandingkan dengan nilai Kc, terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi,
antara lain :
1. Qc < Kc
Sistem reaksi reversibel
kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah
reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah produk (ke
kanan).
2. Qc = Kc
Sistem berada dalam keadaan
kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah reaktan maupun produk, sama.
3. Qc > Kc
Sistem reaksi reversibel
kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah
produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah reaktan (ke
kiri). (Syukri,1999:75).
B. Metodologi
v Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada
percobaan praktikum kali ini yaitu, 1 rak tabung reaksi, 8 buah tabung reaksi,
1 buah gelas ukur 10 ml, 4 buah pipet tetes, 1 buah gelas beker 100 ml. Bahan
yang digunakan yaitu larutan KSCN 0,002 M, FeCl3 0,2M, NaH2PO4
0,2M.
v Cara
Kerja
Dalam
percobaan kali ini, hal yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan semua alat dan
bahan, pada percobaan pertama : masukkan 10 ml 0,002 M KSCN dan 2 tetes FeCl3
0,2 M kedalam gelas beker, siapkan 4 buah tabung reaksi masing-masing diisi
1,25 ml larutan yang ada di gelas beker, lalu tabung 2 tambah 10 tetes KSCN
0,002 M, tabung 3 tambah 3 tetes FeCl3 0,2M, tabung 4 tambah 5 tetes
NaH2PO4 0,2M, lalu amati perubahan warna yang terjadi.
Pada percobaan kedua : masukkan 5 ml FeCl3 0,2M dengan 7,5 aquades
dalam gelas beker, lalu siapkan 4 buah tabung reaksi, tabung reaksi 1,
campurkan 2,5 ml KSCN dengan 2,5 ml FeCl3, tabung reaksi 2, ambil
2,5 ml larutan dalam gelas beker kemudian tambah 2,5 ml KSCN 0,002 M, lalu
tambah 2,5 ml aquades kedalam gelas beker, tabung reaksi 3, ambil 2,5 ml
larutan dalam gelas beker kemudian tambah 2,5 ml KSCN 0,002 M, lalu tambah 2,5
ml aquades kedalam gelas beker, tabung reaksi 4, ambil 2,5 ml larutan dalam
gelas beker kemudian tambah 2,5 ml KSCN 0,002 M.
C. Hasil
dan Pembahasan
v Hasil
Pada percobaan
pertama, Tabung 1
berwarna merah bata
Tabung
2 yang ditetesi KSCN pekat berwarna lebih pekat daripada tabung 1,
sedankan Tabung ke 3 berwarna merah bata
tetapi lebih pekat dari tabung 1 dan 2 Sedangkan tabung ke 4 jernih dan ada
endapan di dasar tabung.
Pada
percobaan kedua, Tabung reaksi pertama yang menjadi standar berwarna merah
kehitam-hitaman, Tabung reaksi kedua, warnya juga merah kehitam-hitaman tapi
tidak sepekat tabung standar satu, lalu Tabung reaksi ketiga berwarna merah
marun (merah kehitam-hitaman tapi lebih cerah dari tabung kedua, sedangkan Tabung
reaksi keempat warna larutannya merah marun, lebih muda dari tabung ketiga.
v Pembahasan
Percobaan Pertama
dimana tabung 1 dijadikan sebagai
pembanding atau standar bagi tabung lainnya. Diperoleh data bahwa setelah
larutan besi nitrat direaksikan dengan larutan ion tiosianat menghasilkan
larutan yang berwarna hitam pekat. Reaksi yang terbentuk adalah:
Fe+(aq)
+ SCN- (aq) FeSCN2+(aq)
Perubahan
warna ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi larutan. Seperti yang
diketahui bersama bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan
kimia yaitu perubahan konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume dan
perubahan suhu. Sedangkan katalis hanya berfungsi sebagai suatu zat yang
mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Jika dilakukan pada sistem tertutup
sehingga dapat dikatakan katalis tidak mempengaruhi terhadap pergeseran
kesetimbangan.
tabung
kedua, ketika larutan awal ditambah (KSCN pekat) maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah produk.
tabung
ketiga, larutan awal ditambah dengan larutan FeCl 0,2 M, warna laruta yang
semula merah berubah menjadi hitam pekat dan lebih pekat daripada tabung 1
maupun tabung 2. Hal ini dikarenakan larutan atau zat yang ditambahkan pada
tiap-tiap tabung berbeda konsentrasinya.
tabung
keempat, Larutan awal ditambah dengan beberapa butir N2HPO4,
hasilnya adalah warna yang semula merah menjadi bening dan terdapat endapan.
Adanya endapan pada larutan tersebut terjadi karena adanyaunsur logam pada
larutan FeSCN, sedangkan warna berubah menjadi bening karena adanya reaksi
antara FeSCN3+ dengan NaHPO4, dimana Fe3+ akan
berikatan dengan ion PO4 3- membentuk FePO4. Kemudian ion
SCN- akan diikat oleh H+ dan membentuk HSCN, sedangkan Na+
tidak berikatan dengan senyawa lain. Reaksi yang terbentuk adalah:
FeSCN2+(aq)
+ Na2HPO4(s) FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)
Fe3+
berikatan dengan PO4 3- membentuk FePO4 yang sukar larut.
Penambahan PO4 3- sama dengan
mengurangi Fe3+ , sehingga intensitas warna larutan berkurang.
Percobaan Kedua
yaitu
kesetimbangan besi (III) tiosianat ayng semakin encer. Dari tabung reaksi 1-4
terjadi pengurangan kepekatan atau intensitas warna. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan volume aquades dari tabung reaksi 1-4. Pada saat perbandingan
dan penyetaraan intensitas tabung standar (tabung 1) dengan tabung 2,3, dan 4
dengan cara mengurangi volume pada tabung pertama setetes demi setetes sehingga
didapat persamaan warna. Hal ini membuktikan bahwa volume berpengaruh pada
kesetimbangan. Dalam penyeragaman warna ini juga tidak dapat diamati dari
samping tabung karena dengan cara ini akan menghalangi mata dalam mengamati
warna pada tabung yaitu cahaya yang masuk ke dalam tabung akan di biaskan
terlebih dahulu ke tabung reaksi lalu dibiaskan menuju mata sehingga larutan
terlihat lebih pekat. Oleh karena itu dalam mengamati warna sebaiknya dari atas
tabung agar cahaya yang dipantulkan ke dalam tabung akan langsung dibiaskan ke
mata.
D. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kesetimbangan kimia
dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume zat yang ditambahkan pada saat
pencampuran dan pengenceran. Perubahan konsentrasi dapat ditandai dengan
perubahan warna larutan. Jika konsentrasi pereaksi ditambahkan maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Pengaruh konsentarsi pada
kesetimbangan akan lebih kuat dibandingkan pengaruh volume. Diperoleh juga
nilai ketetapan kesetimbangan yang tidak konstan dikarenakan oleh
ketidaktelitian dalam menyetarakan warna sehingga dalam mengukur volume juga
berpengaruh.
E. Daftar
Pustaka
Keenan, W. Charles. 1984.Kimia Untuk Universitas.Jakarta : Erlangga.
Purwoko, Agus. 2006. Kimia
Dasar 1. NTB : Mataram University Press.
Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia
Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri,
S dan Sadijah Achmad. 1999. Kimia Dasar
jilid dua. Bandung: ITB
Press.
F. Lampiran
i.
Analisis Perhitungan Data
Percobaan
pertama
Konsentrasi
pada percobaan pertama
Tabung
1 (standar) = M x V fecl3
= M x VKSCN
M x 0,05 ml = 0,002 x 5 ml
M = 0,2 M
n FeCl3 = M x
Vfecl3
= 0,2 M x
0,005 ml = 0,01
n KSCN = M x Vkscn
= 0,002 M x
5 ml = 0,01
konsentrasi FeSCN2+ = 0,01
x 0,01 = 2 x 10-5 M
5, 05 ml
Tabung
2 =
M x V = M x Vkscn
M x 1,25 ml = 0,002 M x 0,25 ml
M =
0,0004 M
Tabung
3 = M x V = M x Vfecl3
M x 1,25 ml = 0,2 M x 0,075
ml
M = 0,012 M
Tabung
4 =
M x V = M x VNaH2PO4
M x 1,25 ml = 0,2 M x 0,125
ml
M = 0,02 M
Percobaan
Kedua
a.
Perbandingan
tinggi tabung
Tabung reaksi
|
Tinggi Larutan awal
|
Tinggi Larutan setelah ditetesi KSCN
0.002M
|
Tabung 1 (control)
|
3.0 cm
|
3.0 cm
|
Tabung 2
|
3.2
cm
|
3.7
cm
|
Tabung 3
|
3.3
cm
|
3.8
cm
|
Tabung 4
|
3.4
cm
|
4.0 cm
|
b.
Perhitungan konsentrasi pengenceran FeCl3
Tabung
2 = M1 x V1 = M2 x
V2
0,2 M x 5 ml = M x 12,5 ml
M = 8x10-2
m
Tabung
3 = M2 x V2 = M3 x
V3
8x10-2 x 10 ml = M x
12,5 ml
M = 6,4 x 10-2
m
Tabung
4 = M3 x V3 = M4 x
V4
6,4x10-2 x 10 ml = M x 12,5
ml
M = 5,1x
10-2 m
c.
Menghitung Konsentrasi FeSCN2+
Tabung
1 = a. mmol FeCl3 = 0,2 M x 2,5 ml = 0,5 mmol
b. mmol KSCN = 0,002 M x 2,5
ml = 0,005 mmol
[
FeSCN2+] = 0,5 x 0,005 = 5x10-4
M
5
Tabung 2 = a. mmol FeCl3 = 8x10-2
M x 2,5 ml = 0,2 mmol
b. mmol KSCN = 0,002 M
x 2,5 ml = 0,005 mmol
[ FeSCN2+] = 0,2 x 0,005 = 2x10-4 M
5
Tabung 3 = a. mmol FeCl3 = 6,4
x 10-2 x 2,5 ml = 0,16 mmol
b. mmol KSCN = 0,002 M
x 2,5 ml = 0,005 mmol
[ FeSCN2+] = 0,16 x 0,005
= 1,6x10-4 M
5
Tabung 4 = a. mmol FeCl3 =
5,1x10-2 M x 2,5 ml = 0,13 mmol
b. mmol KSCN = 0,002 M
x 2,5 ml = 0,005 mmol
[ FeSCN2+] = 0,13 x 0,005 = 1,3x10-4 M
5
d.
Menghitung Harga K (tetapan kesetimbangan)
dari konsentrasi [ FeSCN3+]
Tabung
1 =
mmol
FeCl3 = 0,2 M x 2,5 ml = 0,5 mmol
mmol
KSCN = 0,002 M x 2,5 ml = 0,005 mmol
mmol
[ FeSCN2+] = 5x10-4 x 5 ml = 0,0025 mmol
Fe3+(aq) +
KSCN-(aq) FeSCN2+.(aq) + K+ (aq)
Mula-mula 0,5 0,005 -
Bereaksi
0,0025 0,0025 0,0025 0,0025
Setimbang 0,4975 0,0025 0,0025 0,0025
K
= [ FeSCN2+] [K+] = 0,0025
x =
5,03x10-3 M
[ Fe3+] [KSCN]
0,4975 x 0,0025
Tabung
2 =
mmol
FeCl3 = 0,2 M x 2,5 ml = 0,5 mmol
mmol
KSCN = 0,002 M x 2,5 ml = 0,005 mmol
mmol
[ FeSCN2+] = 2x10-4 x 5 ml = 0,001 mmol
Fe3+(aq) +
KSCN-(aq) FeSCN2+.(aq) + K+ (aq)
Mula-mula 0,5 0,005 -
Bereaksi
0,001 0,001 0,001 0,001
Setimbang 0,499 0,004 0,001 0,001
K
= [ FeSCN2+] [K+] = 0,001
x = 5x10-4
M
[ Fe3+] [KSCN]
0,499 x 0,001
Tabung
3 =
mmol
FeCl3 = 0,2 M x 2,5 ml = 0,5 mmol
mmol
KSCN = 0,002 M x 2,5 ml = 0,005 mmol
mmol
[ FeSCN2+] = 1,6x10-4 x 5 ml = 0,0008 mmol
Fe3+(aq) +
KSCN-(aq) FeSCN2+.(aq) + K+ (aq)
Mula-mula 0,5 0,005 - -
Bereaksi
0,0008 0,0008 0,0008 0,0008
Setimbang 0,4992 0,0042 0,0008 0,0008
K
= [ FeSCN2+] [K+] = 0,0008
x =
3,05x10-4 M
[ Fe3+] [KSCN]
0,4992 x 0,0008
Tabung
4 =
mmol
FeCl3 = 0,2 M x 2,5 ml = 0,5 mmol
mmol
KSCN = 0,002 M x 2,5 ml = 0,005 mmol
mmol [ FeSCN2+] = 1,3x10-4 x 5
ml = 6,5x10-4 mmol
Fe3+(aq) +
KSCN-(aq) FeSCN2+.(aq) + K+ (aq)
Mula-mula 0,5 0,005 - -
Bereaksi
0,00065 0,00065 0,00065 0,00065
Setimbang 0,49935 0,00435 0,00065 0,00065
K
= [ FeSCN2+] [K+] = 0,00065
x = 2
x10-4 M
[ Fe3+] [KSCN]
0,49935 x 0,00435
e.
Perhitungan
Konstanta
Ka = [Fe3+] [FeSCN2+][SCN-]
Kb = [Fe3+] [[FeSCN2+]
/ [SCN-]
Kc=
[FeSCN2+] / [Fe3+][SCN-]
ii.
Tabel Pengamatan
Percobaan
1
No. Tabung
|
Konsentrasi FeSCN2+
|
Perubahan warna
|
1
2
3
4
|
2x 10-5 M
4 x 10-4 M
1,2 x 10-2 M
2 x 10-2 M
|
Orange/jingga
Jingga Muda
Merah Tua
Kuning
|
Percobaan
2
No.
Tabung
|
Konsentrasi
Pengenceran FeCl3
|
Konsentrasi
FeSCN2+
|
Tetapan
Kesetimbangan
FeSCN+
|
1
2
3
4
|
2 x 10-1 M
8 x 10-2 M
6,4 x 10-2 M
5,1 x 10-2 M
|
5 x 10-4 M
2 x 10-4 M
1,6 x 10-4 M
1,3 x 10-4 M
|
5,03 x 10-3
5 x 10-4
3,05 x 10-4
2 x 10-4
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar